Renungan Ketika Mudik
Perubahan yang terjadi pada diri seseorang terlihat menyolok ketika kita lama tak berjumpa dengannya. Sebab, memori kita menyimpan file ingatan yang lama tentang dia.
‘Pangling’ adalah kesan yang biasa kita rasakan saat mudik menjumpai kerabat dan saudara. Seringkali kita jumpai dan rasakan perubahan yang luar biasa. Mulai dari keadaan kampung halaman hingga orang-orangnya.
Mbah Fulan telah tiada. Pak Fulan yang dulu begitu gagah kini terlihat lelah dan renta. Kerabat yang dua tiga tahun lalu sehat dan perkasa, ternyata kini hanya mampu duduk bertopang tongkat di kursi roda. Saat itulah kita merasakan betapa waktu berputar dengan cepatnya.
Bagi kita yang hari ini masih sehat dan muda, sadar atau tidak, kita menyangka datangnya kematian masih akan lama. Nasihat kematian melintas sebentar, lalu berlalu begitu saja.
Coba duduk dan temani kerabat kita yang telah lemah dan renta. Dengar dan hayati rasa cemas yang meluncur dari lisan mereka, ketika sedang menghadapi saat-saat untuk meninggalkan dunia, menuju tempat yang tak terbayang bagaimana nanti keadaan mereka di sana. Cemas, takut, dan khawatir menyesaki dada, tumpah bersama bulir-bulir air matanya.
Tataplah wajahnya. Sosok renta ini dulu sehat dan perkasa, pernah menggendong dan menimang kita. Coba bangkitkan ingatan-ingatan tentangnya. Niscaya kita akan sadari betapa waktu berlalu begitu cepatnya.
Hari ini, kita mendengar Fulan dan Fulanah telah mudik ke haribaan-Nya. Hari ini, kita mendengar Alan dan Alanah yang telah renta cemas menunggu giliran mudik ke kampung akhirat tiba. Kelak, giliran kita akan datang juga. Waktunya bisa masih lama, bisa juga segera. Kita tak bisa memastikannya.
Untuk mereka yg terdidik, mestinya ada hikmah yg bisa dipetik dari peristiwa mudik.